Orang yang terlahir dari keluarga muslim, tidak pernah menyatakan syahadat dengan disaksikan secara khusus,sebagaimana seseorang yang masuk ke dalam agama Islam sebagai mu’alaf. Kesaksian bahwa “Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad itu utusan Allah” kebanyakan dinyatakan sebagai bagian prosesi dalam ritual ibadah sholat, akad nikah, kalimat pengantar pembuka suatu majelis, dan lainnya.
Pernahkah terpikir bagaimana seharusnya dampak dari syahadat yang biasa diucapkan berulang-ulang itu bagi kehidupan?. Sejatinya, bila diucapkan dengan kesadaran penuh akan mengantarkan perkataan, sikap dan perbuatanmanusia kepada tauhid. Sikap tidak mempersekutukan Allah yang diwujudkan dengan pengamalan AlQuran dengan cara mengikuti Rasulullah Muhammad SAW. Tentu saja yang berikutnya tercipta adalah keselamatan atau Islam.
Dalam surat Al Baqarah ayat (2) : 208 Allah berfirman :
“Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil)… “
Jelaslah bahwa AlQuran diturunkan Allah sebagai petunjuk hidup bagi umat manusia, siapapun dia tanpa melihat latar belakangnya. AlQuran diturunkan pada Nabi Muhammad SAW secara berangsur-angsur selama 23 tahun. Dimulai ketika beliau bertahannuts di Gua Hira menerima wahyu pertama, Qs Al’Alaq 1 – 5. Kemudian, wahyu turun berturut-turut seiring perjalanan kenabian.
Dengan bimbingan wahyu, beliau berupaya menegakkan kalimat tauhid di Mekkah, selama 13 tahun. Sebanyak 86 surah turun di sana, yaitu dari Al’Alaq sampai dengan Al Muthafifin. Surah-surah ini dikelompokkan dalam fase Makkiyah, yaitu kelompok surah yang turun sebelum Rasulullah hijrah ke Madinah. Setelah Hijrah, sebanyak 28 surah turun selama 10 tahun, dimulai dengan Surat Al Baqarah dan diakhiri surah Al Maidah ayat 3 pada peristiwa Hajji Wada atau Haji Perpisahan.
Haji Wada terjadi setelah peristiwa Futuh Mekkah atau pemenangan kembali kota Mekkah. Futuh Mekkah adalah momen diterimanya aturan Allah di Mekkah. Musyrikin Mekkah menyatakan keimanan mereka terhadap Allah yang satu dengan bersyahadat. Saat Haji Wada, di tengah-tengah dakwahnya, Rasulullah menerima wahyu terakhir, Al Maidah ayat 3.
“Diharamkan bagimu (memakan) bangkai, darah, daging babi, dan (daging) hewan yang disembelih bukan atas (nama) Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu sembelih. Dan (diharamkan pula) yang disembelih untuk berhala. Dan (diharamkan pula) mengundi nasib dengan azlam (anak panah) (karena) itu suatu perbuatan fasik. Pada hari ini orang-orang kafir telah putus asa untuk (mengalahkan) agamamu, sebab itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku. Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu. Tetapi barang siapa terpaksa karena lapar bukan karena ingin berbuat dosa, maka sungguh, Allah Maha Pengampun, Maha Penyayang.” (QS. Al-Ma’idah 5: Ayat 3).
Kalimat pada bagian terakhir ayat ini menegaskan kepada kita semua, bahwa setelah Rasulullah beserta umatnya mengamalkan 6236 ayat dalam 114 surah, maka mereka dinyatakan “selamat” karena telah sempurna Islam sebagai agama mereka dan Allah ridha karenanya.
Islam, adalah konsep Allah tentang keselamatan dunia akhirat yang bisa manusia capai jika ber-Quran. Tidak hanya sekedar dibaca atau dihafalkan, melainkan diamalkan. Dipraktekkan sehingga aturan Allah menjadi tegak sebagai tatanan yang mengatur kehidupan umat manusia agar damai dan sejahtera, serta memperoleh kebaikan di dunia dan di akhirat. Turunnya Rahmat Allah ke alam semesta adalah suatu pengesahan bahwa kondisi selamat, kondisi Islam telah dicapai sempurna.
Lalu bagaimana dengan kita, umat Rasulullah berikutnya? Islam telah sempurna sejak 14 abad lalu, namun lihatlah sekeliling kita. Apakah kondisi damai dan sejahtera telah tercapai? Apakah aturan-aturan Allah telah berhasil ditegakkan dengan sempurna?
Muslim adalah orang yang berserah diri dalam proses membenarkan dan menegakkan kalimat-kalimat Allah. Hidupnya mau diatur oleh Allah. Membentuk dirinya berakhlaq mulia mencontoh akhlaq Rasulullah. Memiliki akhlaqmulia adalah kunci utama Rahmatan Lil ‘alamin. Maukah menjadi muslim yang sempurna dan diridhai Allah? Ikutilah jejak Rasulullah sesuai metoda yang telah Allah terapkan kepada beliau, mempraktekkan AlQuran secara kronologis.
AR/0004/A/RE/IV/2021
Leave Your Comments